Tiga Puluh Dua

 


BAGAIMANA sesuatu bisa dengan mudahnya dibantah pada satu sikap? Kurasa di zaman ini perkataan dan pengakuan sudah tidak berlaku pada masyarakat. Aku sempat memikirkan ini berkali-kali, entah memang karena kepercayaan yang luntur atau memang tidak adanya orang jujur.

Aku berusaha mempercayai tiap perkataan seseorang walaupun aku mewaspadai mereka juga. Sama besarnya. Tapi aku tetap menaruh percaya pada orang lain. Terkadang rasa percaya itu lebih besar daripada percaya pada diriku sendiri. Entah kenapa, itu kulakukan dan aku sering kecewa.

Aku pernah menuliskan sesuatu, dan aku bersikap berlawanan dengan tulisan itu. Aku dicerca dan mungkin dibenci. Tapi, tidakkah kau temukan satu benang yang terkait? Terkadang kita memang melakukan sesuatu yang berkebalikan, tapi itu bukan tanpa alasan. Kita berbuat karena kita terpaksa. 

Belakangan ini aku dirundung perasaan aneh yang sulit dijelaskan. Sudah sejak lama aku ingin kembali menulis, tapi entah kenapa aku merasa hatiku kurang gelap. Ini pernah kutuliskan. Kalau aku kesulitan dalam menulis saat hatiku sedang senang. Bagiku, kegelapan dan menyerah adalah sikap jujur dan cahaya kearifan. Dari sana aku bisa berpikir jernih, dan aku bisa terbuka pada celaan diriku sendiri.

Kuharap

Ini berbeda dari perkiraanku.

Postingan populer dari blog ini

Viola

Untuk Apa Aku Menulis?

Book Review - The Borrowed