Aku Enggan Dengan Bayangan Itu
BELAKANGAN ini aku sangat ingin menulis banyak hal, tapi karena laptopku bermasalah, jadi aku cukup kesulitan bagaimana menuliskan perasaanku. Jadi akhirnya aku melampiaskannya dengan membaca dan memandangi tembok dan berkhayal di dalam sana ada sebuah dunia imajinasi di dalam tembok. Siapa tahu?
Jadi waktu laptopku sudah selesai diperbaiki dan siap untuk menjadi tempat limpahan emosiku, aku sudah siap untuk menuliskan banyak hal; tapi pada waktu itulah aku tidak bisa menulis.
Ini satu minggu setelah laptopku selesai, dan aku baru bisa menulis saat ini. Aku memutuskan untuk memikirkan dulu apa yang aku tulis sembari bercerita tentang keadaan laptopku ini, seperti yang telah dibaca.
Aku akan memulai dengan kejadian hari ini, aku bercertia pada seseorang tentang rencanaku berkeliling di kota baru bagiku ini. Kurasa di sini sifat egoisku muncul. Aku ingin bebas dan pergi kemanapun dengan siapapun tanpa dibatasi, tapi di sisi lain aku tidak membiarkan pasanganku melakukan hal serupa. Keegoisan itu: tiap kupikirkan aku merasa jijik pada diriku sendiri. Entah jijik karena keegoisanku atau karena aku tidak bisa menjaga perasaan orang lain.
Tentu, ini menyalahi prinsipku sendiri, dimana aku ingin diperlakukan layaknya aku memperlakukan. Tapi itu sangat bertolak belakang dengan tindakan yang baru aku lakukan. Jujur saja, kurasa ini akan menjadi sebuah penyesalan yang panjang dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk menahan malu itu.
Aku tahu, semua orang bisa muak dengan kelakukan orang lain. Seseorang meninggalkanku karena muak dan ada kemungkinan aku akan ada di posisi itu juga karena orang lain muak. Dan aku akan semakin kehilangan orang-orang yang kucintai. Jadi membayangkan aku ditinggalkan dalam keadaan seperti itu, aku berharap aku masih bisa hidup dengan membawa lebih banyak penyesalan dan kegelapan dalam hatiku.